ZMedia Purwodadi

Apa itu Mathematical Wellbeing?

Daftar Isi

Mathematical Wellbeing (MWB) semakin mendapat perhatian dalam literatur pendidikan matematika karena menyoroti pengalaman positif siswa, tidak hanya dalam hal emosional tetapi juga ketercapaian nilai-nilai penting, selama proses pembelajaran. 


Postingan ini akan menguraikan:

  1. Definisi Konseptual MWB

  2. Definisi Operasional MWB

  3. Asal-Usul dan Perkembangan Historis MWB


1. Definisi Konseptual “Mathematical Wellbeing”

Mathematical Wellbeing adalah konstruksi multidimensi yang menggabungkan perasaan positif (hedonis) dan pencapaian nilai-nilai atau makna (eudaimonis) dalam pembelajaran matematika.

Hill & Seah (2023) mendeskripsikan MWB sebagai “pemenuhan nilai-nilai inti seseorang, disertai dengan perasaan positif dan berfungsinya secara baik dalam pembelajaran matematika”.
Hunter & Hill (2024) menekankan “pemenuhan nilai-nilai siswa selama proses pembelajaran matematika, yang diiringi perasaan positif (misalnya kesenangan) dan berfungsinya dengan baik (misalnya keterlibatan)”.
Campbell (2025) memperluas cakupan dengan menyatakan MWB sebagai “pengalaman subjektif siswa tentang merasa baik dan berfungsi dengan baik saat melakukan kegiatan matematika”.
Clarkson et al. (2010) adalah pionir yang menautkan dimensi kognitif, afektif, dan emosional dalam konsep MWB.
Hill et al. (2021) merumuskan tujuh dimensi operasional MWB: accomplishment, cognition, engagement, meaning, perseverance, positive emotions, dan relationships.

2. Definisi Operasional “Mathematical Wellbeing”

Definisi operasional MWB menjelaskan bagaimana konstruk ini diukur dan diaplikasikan dalam penelitian lapangan:

Instrumen Survei Skala Tujuh Dimensi. Hill et al. (2021) menyusun kuesioner berdasarkan dimensi accomplishment hingga relationships untuk mengevaluasi sejauh mana MWB siswa terpenuhi secara kuantitatif.
Kriteria Pembelajaran Mendukung MWB. Kegiatan matematika dikatakan mendukung MWB jika:Nilai-nilai siswa tercapai (misalnya keterlibatan, pencapaian), Siswa merasakan kesenangan, Fungsi kognitif dan motivasional berjalan baik (fokus, motivasi).

Studi Kasus Lapangan. 

Campbell & Bean (2025) meneliti MWB siswa kelas 4–8 di AS menggunakan survei laporan diri yang menegaskan definisi subjektif MWB sebagai “pengalaman subjektif merasa baik dan berfungsi baik saat melakukan matematika”.

3. Asal-Usul dan Perkembangan Historis

Sejarah singkat bagaimana MWB lahir dan berkembang:

  • 2010: Clarkson, Bishop, & Seah memperkenalkan MWB dalam buku International Research Handbook on Values Education and Student Wellbeing, tanpa merumuskan definisi tunggal, tetapi menekankan tiga domain: kognitif, afektif, dan emosional sebagai landasan.

  • 2021–2022: Hill et al. mengintegrasikan teori pemenuhan nilai (Tiberius, 2018) untuk membangun kerangka MWB, yaitu “kesejahteraan matematis terjadi saat nilai-nilai penting siswa terpenuhi, disertai perasaan positif dan fungsi optimal.”

  • 2023–2025: Penelitian lintas budaya dan jenjang oleh Hill, Hunter, Campbell, dan kolega menguji dan memperkaya konsep MWB melalui studi empiris yang luas.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa MWB kini diakui sebagai kondisi holistik di mana siswa tidak hanya “senang” dengan matematika, tetapi juga merasa terpenuhi secara nilai dan mampu berfungsi dengan baik dalam konteks pembelajaran.


Mathematical Wellbeing pada akhirnya adalah konstruksi multidimensi yang memadukan pengalaman positif dan pemenuhan nilai-nilai siswa dalam pembelajaran matematika. Dari pendefinisian konseptual hingga operasionalisasi dan jejak historisnya, MWB terus berkembang sebagai fokus riset yang penting bagi para pendidik dan peneliti. Dengan instrumen yang valid dan studi lintas budaya, MWB menawarkan kerangka untuk meningkatkan kualitas pengalaman belajar matematika secara holistik.

Referensi

  • Clarkson, P., Bishop, A., & Seah, W. T. (2010). Mathematics education and student values: The cultivation of mathematical wellbeing. In T. Lovat, R. Toomey, & N. Clement (Eds.), International research handbook on values education and student wellbeing (pp. 111–135). Springer. DOI: 10.1007/978-90-481-8675-4_7

  • Hill, J. L., Kern, M. L., Seah, W. T., & van Driel, J. (2021). Feeling Good and Functioning Well in Mathematics Education: Exploring Students’ Conceptions of Mathematical Well‑Being and Values. ECNU Review of Education, 4(2), 349–375. DOI: 10.1177/2096531120928084

  • Hill, J. L., & Seah, W. T. (2023). Student values and wellbeing in mathematics education: Perspectives of Chinese primary students. ZDM – International Journal on Mathematics Education, 55, 385–398. DOI: 10.1007/s11858-022-01418-7

  • Hunter, J., & Hill, J. L. (2024). Diverse Students’ Mathematical Wellbeing. New Zealand Journal of Educational Studies, 59(5), 211–234. DOI: 10.1007/s40841-024-00318-6

  • Campbell, T. G., & Bean, B. (2025). Factors Influencing Young Children’s Mathematical Wellbeing in the United States. Social Indicators Research. DOI: 10.1007/s11205-025-03581-2

  • Campbell, T. G. (2025). Mathematical wellbeing: an emerging construct with exciting potential. Mathematics Education Research Journal. DOI: 10.1007/s13394-025-00532-5

Posting Komentar